Tuesday, January 22, 2013

KH. Noer Alie dan Ekonomi

Tidak mudah menulis pemikiran seseorang yang telah wafat. Tidak mungkin misalnya melakukan wawancara. Apalagi yang bersangkutan tidak meninggalkan jejak berupa buku atau artikel di majalah dan koran. Yang tertinggal darinya hanyalah apa yang diceritakan orang lain tentangnya dan tidak bisa lagi dikonfirmasi.

Tapi tidak demikian halnya dengan KH. Noer Alie. Kiai yang amat popular di kalangan masyarakat Bekasi dan Jawa Barat ini, meskipun tidak meninggalkan tulisan, tapi ajarannya masih melegenda. Beliau telah menghadap Yang Kuasa sejak tahun 1992, tapi kenangan dan cerita tentangnya begitu hidup di kalangan murid, sahabat dan bahkan cucu-muridnya. Hal ini dikarenakan pengabdian beliau yang nyaris tidak terhenti sepanjang hidupnya, terutama bagi perbaikan dan pengembangan masyarakat. Mulai dari keterlibatannya dalam revolusi fisik melawan penjajah Belanda, menjadi Ketua Dewan Pemerintahan Kabupaten Bekasi, mendirikan lembaga pendidikan, dan mengajar keliling ke berbagai masjid. Tidak heran jika almarhum dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah atas jasa-jasanya dalam rangka ikut berjuang melawan penjajah Belanda dan mempertahankan Republik Indonesia.

Malaysia dan IILM

Setiap kali mengunjungi ibukota negeri jiran, Malaysia, selalu terbayang transportasinya yang mudah, cepat dan nyaman. Demikian pula tempat-tempat lainnya yang, meskipun terkadang sederhana, tapi rapih dan bersih. Udaranya juga bersih, karena dijaga dengan ketat. Bis-bis dan kendaraan berat yang umumnya menggunakan solar, dan produsen asap paling tebal di jalan-jalan di indonesia, disana jangan harap bisa lolos uji emisi. Sekali melebihi ambang batas, saat itu pula mereka disuruh parkir. Pilihan bagi si sopir cuma dua, diambil bengkel, atau masuk besi tua. Tidak ada cerita truk dan bis mogok di jalan karena uji mesin wajid dilakukan berkala dan siapa saja yang suka “main” alias melakukan penipuan, baik pemilik kendaraan maupun bengkelnya, bakalan penjara urusannya.

Palugada

Bank Syariah, Orang Betawi Bilang: “PALUGADA … Apa Lu Mau Gua Ada”
Tulisan di Gerai Info Bank Indonesia Edisi 8/ Nopember 2011
Rubrik: WAWASAN

Banyak orang menyangka bahwa bank syariah cuma bank konvensional yang diberi label bahasa Arab. Kesan itu bisa jadi muncul karena transaksi yang dilakukan di bank syariah beda-beda tipis dengan bank biasa. Tapi kalau dilongok lebih dalam, haqqul yakin kesan itu akan segera hilang.